PENGAJIAN KH. AHMAD ROZIQIN, Lc

suasana pengajian kitab Fathul Qorib oleh KH. Ahmad Roziqin, Lc. di Ndalem utara.

MAULIDIYYAH MALAM JUM'AT

Jam'iyyah Hadhroh PP Daruttauhid Al Alawiyyah pada acara rutinan Maulid Nabi Malam Jum'at.

PERPUSTAKAAN PP DARUTTAUHID AL ALAWIYYAH

salah satu bagian dari perpustakaan PP Daruttauhid Al Alawiyyah.

PERPUSTAKAAN PP DARUTTAUHID AL ALAWIYYAH

Seorang santri sedang mencari kitab di perpustakaan.

MUSYAWAROH DINIYYAH

beberapa santri sedang Bahtsul Masaal Diniyyah. Kegiatan rutunan PP Daruttauhid Al 'Alawiyyah.

MUSYAWAROH DINIYYAH

Musyawaroh Gabungan MAT Daruttauhid dan PP Daruttauhid Al 'Alawiyyah Jepara

LOMBA MQK 2014

Para Santri PP Daruttauhid yang mengikuti MQK Kabupaten Jepara tahun 2014

MUSABAQOH PERINGATAN MAULID NABI KE 2 TAHUN 1436

Acara Musabaqoh atau perlombaan Cerdas Cermat Peringatan Maulid Nabi Tahun 1436 yang ke 2

Jumat, 25 Maret 2016

Biografi KH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang Banten

Biografi KH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang Banten KH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang Banten3Biografi KH Muhammad Dimyati © KH Muhammad Dimyati atau dikenal dengan Abuya Dimyati adalah sosok yang kharismatis. Beliau dikenal sebagai pengamal tarekat Syadziliyah dan melahirkan banyak santri berkelas. Mbah Dim begitu orang memangilnya. Nama lengkapnya Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Dikenal sebagai ulama yang sangat kharismatik. Muridnya ribuan dan tersebar hingga mancanegara. Abuya dimyati orang Jakarta biasa menyapa, dikenal sebagai sosok yang sederhana dan tidak kenal menyerah. Hampir seluruh kehidupannya didedikasikan untuk ilmu dan dakwah. Menelusuri kehidupan ulama Banten ini seperti melihat warna-warni dunia sufistik. Perjalanan spiritualnya dengan beberapa guru sufi seperti Kiai Dalhar Watucongol. Perjuangannya yang patut diteladani. Bagi masyarakat Pandeglang Provinsi Banten Mbah Dim sosok sesepuh yang sulit tergantikan. Lahir sekitar tahun 1919 dikenal pribadi bersahaja dan penganut tarekat yang disegani. Abuya Dimyati juga kesohor sebagai guru pesantren dan penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah. Pondoknya di Cidahu, Pandeglang, Banten tidak pernah sepi dari para tamu maupun pencari ilmu. Bahkan menjadi tempat rujukan santri, pejabat hingga kiai. Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten. Abuya Dimyati dikenal sosok ulama yang mumpuni. Bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf. Abuya dikenalsebagai penganut tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Tidak salah kalau sampai sekarang telah mempunyai ribuan murid. Mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri. Sewaktu masih hidup , pesantrennya tidak pernah sepi dari kegiatan mengaji. Bahkan Mbah Dim mempunyai majelis khusus yang namanya Majelis Seng. Hal ini diambil Dijuluki seperti ini karena tiap dinding dari tempat pengajian sebagian besar terbuat dari seng. Di tempat ini pula Abuya Dimyati menerima tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintah maupun para petinggi negeri. Majelis Seng inilah yang kemudian dipakainya untuk pengajian sehari-hari semenjak kebakaran hingga sampai wafatnya. Lahir dari pasangan H.Amin dan Hj. Ruqayah sejak kecil memang sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya. Beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren seperti Pesantren Cadasari, Kadupeseng Pandeglang. Kemudian ke pesantren di Plamunan hingga Pleret Cirebon. Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantani. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna disamping sebagai pakunya negara Indonesia. Setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat. Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’. Karena, kewira’iannya di setiap pesantren yang disinggahinya selalu ada peningkatan santri mengaji. Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten. Saking pentingnya ngaji dan belajar, satu hal yang sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim adalah: “Jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur”. Pesan ini sering diulang-ulang, seolah-olah Mbah Dim ingin memberikan tekanan khusus; jangan sampai ngaji ditinggal meskipun dunia runtuh seribu kali! Salah satu cerita karomah yang diceritakan Gus Munir adalah, dimana ada seorang kyai dari Jawa yang pergi ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani di Irak. Ketika itu, kyai tersebut merasa sangat bangga karena banyak kyai di Indonesia paling jauh mereka ziarah adalah maqam Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dia dapat menziarahi sampai ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. ketika sampai di maqam tersebut, maka penjaga maqam bertanya padanya, “darimana kamu (Bahasa Arab)”. si Kyai menjawab, “dari Indonesia”. maka penjaganya langsung bilang, “oh di sini ada setiap malam Jum’at seorang ulama Indonesia yang kalau datang ziarah dan duduk saja depan maqam, maka segenap penziarah akan diam dan menghormati beliau, beliau membaca al-Qur’an, maka penziarah lain akan meneruskan bacaan mereka.” Maka Kyai tadi kaget, dan berniat untuk menunggu sampai malam Jum’at agar tahu siapa sebenarnya ulama tersebut. Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu, ulama tersebut adalah Abuya Dimyati. Maka kyai tersebut terus kagum, dan ketika pulang ke Jawa, dia menceritakan bagaimana beliau bertemu Abuya Dimyati di maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani (ketika itu Abuya masih di pondok dan mengaji dengan santri-santrinya). Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang yang melihatnya. Abuya Dimyathi menempuh jalan spiritual yang unik. Beliau secara tegas menyeru: “Thariqah aing mah ngaji!” (Jalan saya adalah ngaji). Sebab, tinggi rendahnya derajat keulamaan seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia memberi penghargaan terhadap ilmu. Sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Mujadilah ayat 11, bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dipertegas lagi dalam hadits nabi al-Ulama’u waratsatul anbiya’, para ulama adalah pewaris para nabi. Ngaji sebagai sarana pewarisan ilmu. Melalui ngaji, sunnah dan keteladanan nabi diajarkan. Melalui ngaji, tradisi para sahabat dan tabi’in diwariskan. Ahmad Munir berpendapat bahwa ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya. Alam Spritual Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyati ini menempuh jalan spiritual yang unik. Dalam setiap perjalanan menuntut ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain selalu dengan kegiatan Abuya mengaji dan mengajar. Hal inipun diterapkan kepada para santri. Dikenal sebagai ulama yang komplet karena tidak hanya mampu mengajar kitab tetapi juga dalam ilmu seni kaligrafi atau khat. Dalam seni kaligrafi ini, Abuya mengajarkan semua jenis kaligrafi seperti khufi, tsulust, diwani, diwani jally, naskhy dan lain sebagainya. Selain itu juga sangat mahir dalam ilmu membaca al Quran. Bagi Abuya hidup adalah ibadah. Tidak salah kalau KH Dimyati Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah pernah berucap bahwa belum pernah seorang kiai yang ibadahnya luar biasa. Menurutnya selama berada di kaliwungu tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Sejak pukul 6 pagi usdah mengajar hingga jam 11.30. setelah istirahat sejenak selepas Dzuhur langsung mengajar lagi hingga Ashar. Selesai sholat ashar mengajar lagi hingga Maghrib. Kemudian wirid hingga Isya. Sehabis itu mengaji lagi hingga pukul: 24 malam. Setelah itu melakukan qiyamul lail hingga subuh. Di sisi lain ada sebuah kisah menarik. Ketika bermaksud mengaji di KH Baidlowi, Lasem. Ketika bertemu dengannya, Abuya malah disuruh pulang. Namun Abuya justru semakin menggebu-gebu untuk menuntut ilmu. Sampai akhirnya kiai Khasrtimatik itu menjawab, “Saya tidak punya ilmu apa-apa.” Sampai pada satu kesempatan, Abuya Dimyati memohon diwarisi thariqah. KH Baidlowio pun menjawab,”Mbah Dim, dzikir itu sudah termaktub dalam kitab, begitu pula dengan selawat, silahkan memuat sendiri saja, saya tidak bisa apa-apa, karena tarekat itu adalah sebuah wadzifah yang terdiri dari dzikir dan selawat.” Jawaban tersebut justru membuat Abuya Dimyati penasaran. Untuk kesekian kalinya dirinya memohon kepada KH Baidlowi. Pada akhirnya Kiai Baidlowi menyuruh Abuya untuk sholat istikharah. Setelah melaksanakan sholat tersebut sebanyak tiga kali, akhirnya Abuya mendatangi KH Baidlowi yang kemudian diijazahi Thariqat Asy Syadziliyah. Abuya Dimyati Dipenjara Mah Dim dikenal seagai salah satu orang yang sangat teguh pendiriannya. Sampai-sampai karena keteguhannya ini pernah dipenjara pada zaman Orde Baru. Pada tahun 1977 Abuya sempat difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Hal ini disebabkan Abuya sangat berbeda prinsip dengan pemerintah ketika terjadi pemilu tahun tersebut. Abuya dituduh menghasut dan anti pemerintah. Abuya pun dijatuhi vonis selama enam bulan. Namun empat bulan kemudian Abuya keluar dari penjara. Ada beberapa kitab yang dikarang oleh Abuya Dimyati. Diantaranya adalah Minhajul Ishthifa. Kitab ini isinya menguraikan tentang hizib Nashr dan hizib ikhfa. Dikarang pada bulan Rajab H 1379/1959 M. Kemudian kitab Ashlul Qodr yang didalamya khususiyat sahabat saat perang Badr. Tercatat pula kitab Roshnul Qodr isinya menguraikan tentang hizib Nashr. Rochbul Qoir I dan II yang juga sama isinya yaitu menguraikan tentang hizib Nashr. Selanjutnya kitab Bahjatul Qolaid, Nadzam Tijanud Darori. Kemudian kitab tentang tarekat yang berjudul Al Hadiyyatul Jalaliyyah didalamnya membahas tentang tarekat Syadziliyyah. Abuya Dimyati Dan Mbah Latifah El Dalhar Ada cerita-cerita menarik seputar Abuya dan pertemuannya dengan para kiai besar. Disebutkan ketika bertemu dengen Kiai Dalhar Watucongol Abuya sempat kaget. Hal ini disebabkan selama 40 hari Abuya tidak pernah ditanya bahkan dipanggil oleh Kiai Dalhar. Tepat pada hari ke 40 Abuya dipanggil Mbah Dalhar. “Sampeyan mau apa jauh-jauh datang ke sini?” tanya kiai Dalhar. Ditanya begitu Abuya pun menjawab, “Saya mau mondok mbah.” Kemudian Kiai Dalhar pun berkata, ”Perlu sampeyan ketahui, bahwa disini tidak ada ilmu, justru ilmu itu sudah ada pada diri sampeyan. Dari pada sampeyan mondok di sini buang-buang waktu, lebih baik sampeyan pulang lagi ke Banten, amalkan ilmu yang sudah ada dan syarahi kitab-kitab karangan mbah-mbahmu. Karena kitab tersebut masih perlu diperjelas dan sangat sulit dipahami oleh orang awam.” Mendengar jawaban tersebut Abuya Dimyati menjawab, ”Tujuan saya ke sini adalah untuk mengaji, kok saya malah disuruh pulang lagi? Kalau saya disuruh mengarang kitab, kitab apa yang mampu saya karang?” Kemudian Kiai Dalhar memberi saran,”Baiklah, kalau sampeyan mau tetap di sini, saya mohon ajarkanlah ilmu sampeyan kepada santri-santri yang ada di sini dan sampeyan jangan punya teman.” Kemudian Kiai Dalhar memberi ijazah tareqat Syadziliyah kepada Abuya. Karomah Abuya Dimyati Salah satu cerita karomah yang diceritakan Gus Munir adalah, dimana ada seorang kyai dari Jawa yang pergi ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani di Irak. Ketika itu, kyai tersebut merasa sangat bangga karena tak banyak kyai di Indonesia yang mengunjungi Irak, paling jauh mereka ziarah adalah makam Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dia dapat menziarahi sampai ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. ketika sampai di maqam tersebut, maka penjaga makam bertanya padanya, “darimana kamu (Bahasa Arab)”. Si Kyai menjawab, “dari Indonesia”. Maka penjaganya langsung bilang, “oh di sini ada setiap malam Jum’at seorang ulama Indonesia yang kalau datang ziarah dan duduk saja depan maqam, maka segenap penziarah akan diam dan menghormati beliau, beliau membaca al-Qur’an, maka penziarah lain akan meneruskan bacaan mereka.” Maka Kyai tadi kaget, dan berniat untuk menunggu sampai malam Jum’at agar tahu siapa sebenarnya ulama tersebut. Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu, ulama tersebut adalah Abuya Dimyati. Maka kyai tersebut terus kagum, dan ketika pulang ke Jawa, dia menceritakan bagaimana beliau bertemu Abuya Dimyati di maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani (ketika itu Abuya masih di pondok dan mengaji dengan santri-santrinya). Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang yang melihatnya. Abuya Dimyati Wafat Abuya Dimyati meninggalkan kita semua pada Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00 wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH. Muhammad Dimyati bin KH. Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten dalam usia 78 tahun. Semoga amal ibadah beliau di terima oleh Allah SWT dan semoga kesalahan-kesalahan beliau juga di ampuni oleh Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…. Semoga blog kumpulan biografi ulama ini bisa bermanfaat umumnya untuk Anda dan khususnya untuk saya pribadi. KH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang Banten4KH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang Banten5KH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang BantenKH Muhammad Dimyati (Mbah Dim) Pandeglang Banten2

Biografi Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki Al Hasani

Prof.Dr. As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani; Pakar Hadits & Benteng Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dari Makkah Al Mukarramah 20 Agustus 2010 pukul 9:22 MENGENANG jasa baik dan keshalihan seseorang merupakan ibadah. Orang yang tak mengenangnya bukan dikatagorikan orang baik. Karena ia tidak bisa berbalas budi kepada orang lain. Bagaikan kisah diputar ulang, tepatnya Jumat 15 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 M, Makkah dan dunia Islam menangis karena tersiar berita bahwa seorang ulama besar As Sayyid Mohammad 'Alawi Al-Maliki, wafat. Beliau meninggal sekitar pukul 6 pagi (Waktu Mekkah) atau jam10.00 WIB di salah satu rumah sakit di Makkah , setelah beberapa jam berjuang melawan penyakit yang datang secara mendadak.Sebelum menghembuskan nafas terakhir masih menunaikan shalat subuh di kediamannya. Jasa beliau yang besar terhadap Islam tidak bisa dilupakan. Tahun demi tahun berlalu, dan ingatan kita pasti menyertainya terutama di bulan yang penuh rahmah ini. Kita tidak bisa lupa kepada beliau. Ingatan kita kepada beliau sudah menjadi kebutuhan, ibarat kita butuh makan, butuh minum, butuh menghirup udara segar, butuh tidur, butuh istirahat, butuh senyum, butuh salam, butuh menyayangi dan disayangi. Ketika jenazah Sayid Muhammad Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan sejumlah warga asing yang muqim di Makkah banyak yang menangis dan histeris. Sementara toko-toko di sekitar Masjidul Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda dukacita. Jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman Ma'la di Mekkah, berdekatan dengan makam Sayidatina Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Harian Arab Saudi Okaz sengaja mengetengahkan tiga halaman suratkabarnya untuk memuat kegiatan, aktivitas, dan biografi almarhum.Umat Islam sangat kehilangan tokoh dan ulama besar yang masih keturunan Rasulullah dari garis keturunan Sayyidna Hasan bin Ali/ Fathimatuz Zahra. Biografi Singkat Kelahiran Beliau Al 'Allamah Al Muhaddits Al Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid 'Alawi ibn Sayyid 'Abbas ibn Sayyid 'Abdul 'Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy'ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki yang tempatnya sangat masyhur dekat Bab As-salam. Beliau juga belajar kepada ulama-ulama Makkah terkemuka lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad Nur Sayf, Sa'id Yamani, dan lain-lain.Sayyid Muhammad memperoleh gelar Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan tertinggi dari Jami' al-Azhar di Mesir, pada saat baru berusia dua puluh lima tahun. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan memperoleh sertifikasi mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad Mashhur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko, Syekh Dya'uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak lainnya. Sayyid Muhammmad merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seorang 'alim kontemporer dalam ilmu hadits, 'alim mufassir (penafsir) Qur'an, Fiqh, doktrin ('aqidah), tasawwuf, dan biografi Nabawi (sirah). Sayyid Muhammad al-Makki merupakan seorang 'aliim yang mewarisi pekerjaan dakwah ayahanda, membina para santri dari berbagai daerah dan negara di dunia Islam di Makkah al-Mukarromah. Ayahanda beliau adalah salah satu guru dari ulama-ulama sepuh di Indonesia, seperti Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Maimun Zubair dan lain-lain. Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul "Hadist al-Jumah". Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu di panggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan.Selama menjalankan tugas da'wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki selalu membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya. Sebagaimana adat para Sadah dan Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian yang berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Beliau selalu mengenakan jubbah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah. Dalam meneruskan perjuangan ayahandanya, Sayyid Muhammad sebelumnya mendapatkan sedikit kesulitan karena beliau merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama yang diambil adalah melanjutkan studi dan ta'limnya terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan pilihannya. Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping mengajar di Masjidil Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universitas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil membuka majlis ta'lim dan pondok di rumah beliau. Adapun pelajaran yang di berikan baik di masjidil haram atau di rumah tidak bertumpu pada ilmu tertentu seperti di Universitas, akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa di terima semua masyarakat baik masyarakat awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan mencicipi apa yang diberikan Sayyid Muhammad Maka dari itu beliau selalu menitik beratkan untuk membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya, beliau selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama. Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan bumi. Di Indonesia, India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan sebagai orbit dakwah Sayyid Muhammad al Maliki, ribuan murid murid beliau yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak sedikit yang masuk ke dalam pemerintahan. Di samping pengajian dan taklim yang rutin di lakukan setiap hari, beliau juga mengasuh pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar, para santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk menyiarkan agama. Sayyid Muhammad al Maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih- lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku, baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan memecahkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang benar bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Sayyid Muhammad tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta'lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak sependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Qur'an dan Sunah. Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, mereka sangat pandai, di samping menguasai bahasa Arab, mereka juga menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan pegangan dan referensi di negara-negara mereka. Pada akhir hayat beliau saat terjadi insiden teroris di Saudi Arabia, beliau mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syekh sholeh bin Abdurahman Alhushen untuk mengikuti "Hiwar Fikri" di Makkah yang diadakan pada tg 5 sd 9 DhulQo'idah 1424 H dengan judul "Al-qhuluw wal I'tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah", di sana beliau mendapat kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang thatarruf atau yang lebih poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalists atau extremist (keras). Dan dari sana beliau telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular dikalangan masyarakat Saudi yang berjudul "Alqhuluw Dairah Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama". Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau tentang da'wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas. Pada tg 11/11/1424 H, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da'wah. Di samping tugas beliau sebagai da'i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau juga seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dll. Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, red.) bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka. Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan oleh 'rumah Najd' dan dituduh sebagai "seorang yang sesat". Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf. Saat kaum Salafi-Wahhabi mendiskreditkan beliau, beliau pun menulis lebih banyak buku dan mendirikan Zawiyyah beliau sendiri yang menjadi "United Nations" (Perserikatan Bangsa- Bangsa) dari para 'Ulama. Akhirnya, protes dari dunia Muslim memaksa kaum Salafi-Wahhabi untuk menghentikan usaha mereka mem-peti es-kan sang 'alim kontemporer' yang paling terkenal dalam mazhab Maliki ini. Beberapa di antara mereka bahkan mulai mendukung beliau. Kedengkian mereka sebenarnya didorong oleh fakta bahwa Sayyid Muhammad al-Maliki jauh lebih unggul untuk dijadikan tandingan mereka. Dengan sendirian saja, beliau mengambil Islam Sunni dari klaim tangan-tangan Neo-Khawarij Salafi-Wahhabi dan menempatkannya kembali ke tangan mayoritas ummat ini. Melalui berbagai karya-karyanya yang menonjol, beliau menyuntikkan kepercayaan diri yang amat dibutuhkan dalam perdebatan saat kaum jahil yang mengandalkan ijtihad pribadi mulai meracuni pemikiran umat Islam. Beliau Wafat Jumat 15 Ramadhan, Makkah dan dunia Islam menangis. Setelah azan subuh dikumandangkan dan sholat subuh didirikan di Masjidil Haram- Makkah, tersiarlah berita bahwa Sayyid Mohammad bin Alwi Almaliki, wafat. Beliau meninggal sekitar pukul 6 pagi di salah satu rumah sakit di Makkah, setelah beberapa jam saja berjuang melawan penyakit yang datang secara mendadak. Berita itu membuat cukup kabut keluarga, murid-muridnya, dan masyarakat Makkah yang tengah menunggu kepulihan kembali kesehatan beliau. Tapi sebaliknya berita yang didengar adalah wafatnya beliau. Ini benar-benar yang membuat mereka menjadi kalang kabut. Begitu mendengar berita duka dari mulut ke mulut, ribuan masyarakat pencinta beliau panik. Mereka kalang-kabut dan berbondong-bondong menyerbu rumah kediaman beliau untuk menyaksikan kebenaran wafatnya beliau yang secara mendadak. Karena mereka hampir tidak percaya dengan berita itu. Suasana pun tambah panik lagi pagi itu setelah jasad Almarhum dibawa dari rumah sakit ke rumah beliau. Ribuan orang berduyun-duyun ke rumah beliau ingin menyaksikan jenazah Almarhum secara langsung. Kepanikan warga Makkah itu membuat macet lalu-lintas. Jalan menuju kampung al Rashifah, rumah kediaman beliau, dipadati kendaraan dan manusia. Beberapa jam sebelum kepulangan beliau ke rahmatullah, tidak sedikit masyarakat dan santri datang seperti biasa ke rumahnya di kampung Rashifah Makkah untuk mendengarkan wejangan dan ceramah Ramadhan yang biasa di berikan setiap hari usai sholat tarawih. Mereka semua mendunggu ceramah dan nafahat ramadhaniyah khususnya ceramah tentang perang Badar yang dijanjikan beliau akan diutarakannya pada pertengahan bulan yang suci Ramadhan. Akan tetapi Allah telah merencanakan kematian beliau di hari itu yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Pada saat itu Sayyid Mohammad bin Alwi al Maliki mendapatkan serangan jantung secara mendadak dan segera dibawa kerumah sakit. Hanya beberapa jam saja beliau tinggal di rumah sakit dan dengan kesedihan yang dalam diberitakan beliau telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Beliau wafat hari Jumat 15 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma'la disamping makam istri Rasulallah Saw. Khadijah binti Khuailid Ra. dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al- Hasan dan al-Husen dan beberapa putri-putri yang tidak bisa disebut satu persatu disini. Dan yang menyaksikan pemakaman beliau hampir seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri. Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, setelah disholatkan di Masjidil Haram ba'da sholat isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan belasungkawa dan melakukan 'aza'. Dan di hari terakhir 'Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah beliau untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat. Ketika jenazah Sayyid Muhammad Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan toko-toko di sekitar Masjidil Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda dukacita. Kebesaran keluarga Al Maliki, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara Afrika, Mesir, dan Asia Tenggara. Jadi tidak heran dengan meninggalnya Sayyid Muhammad Al Maliki umat Islam telah kehilangan satu ulama yang telah mengoreskan tinta sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid di muka bumi ini yang menjadi tauladan buat kita semua. Selamat tinggal ayah yang berhati baik. Selamat tinggal sosok tubuh yang pernah menanamkan hikmah, ilmu, teladan dihati hati kami. Selamat tinggal pemimpin umat yang tak bisa kami lupakan dalam pendiriannya dan keikhlasannya. Selamat tinggal pahlawan yang jujur, ikhlas dalam amal dan perbuatanya. Selamat jalan... selamat jalan,.. kebaikan dan kemulyaan kamu telah meliputimu semasa hidupmu dan disaat wafatmu. Kamu telah hidupi hari hari mu didunia dengan mulia, dan sekarang kamu telah terima imbalannya disaat wafatmu pula dengan mulia. Jika sekarang kita telah berpisah untuk sementara, maka kami pasti akan menyusulmu Insya Allah dan kita pasti akan bertemu dan berkumpul kembali. Murid Beliau di Indonesia Sayid Muhammad Al Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah di Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai usuluddin, syariah, fikih dan sejarah Nabi Muhammad. Ia mendapat gelar profesor dari Universitas Al-Azhar pada tanggal 6 Mei 2000. Ratusan murid yang menampa pendidikan di pesantrennya, biaya makan dan pemondokan ditanggungnya, alias gratis. Menurut Habib Abdurahman A Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi, di Indonesia di antara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi ulama terkenal dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara lain Habib Abdulkadir Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur; Habib Hud Baqir Alatas pimpinan majelis taklim As-Shalafiah; Habib Saleh bin Muhammad Alhabsji; Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di Bekasi; Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di Parangkuda, Sukabumi. Di antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah KH Abdurahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah/pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari Al-Maliki. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang (Probolinggo), dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo. Dan masih banyak lagi murid-murid beliau dari Indonesia yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu. Karya-karya Beliau: a. Aqidah Mafahim Yajib 'an Tusahhah (read online) Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nusus Al-Tahzir min al-Takfir Huwa Allah Qul Hazihi Sabeeli Sharh 'Aqidat al-'Awam b. Tafsir Zubdat al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an Wa Huwa bi al-Ufuq al-'A'la Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi 'Ulum al-Quran Hawl Khasa'is al-Quran c. Hadits Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi 'Ilm Mustalah al-Hadith Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik d. Sirah Muhammad(Sall Allahu 'Alayhi Wa Sallam) al-Insan al-Kamil Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah 'Urf al-T 'arif bi al-Mawlid al-Sharif Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M'iraj Khayr al-Bariyyah Al-Zakha'ir al-Muhammadiyyah Zikriyat wa Munasabat Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra e. Ushul Al-Qawa'id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari'ah al-Islamiyyah f. Fiqh Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa 'Alamiyyatuha Labbayk Allahumma Labbayk Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn al-Shar'iyyah wa al-Bid'iyyah Shifa' al-Fu'ad bi Ziyarat Khayr al-'Ibad Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww wa al-Ijhaf g. Tasawwuf Shawariq al-Anwar min Ad'iyat al-Sadah al-Akhyar Abwab al-Faraj Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar Al-Husun al-Mani'ah Mukhtasar Shawariq al-Anwar h. Lain-lain Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Kota Mekah) Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-'Asabiyyah (Study of Orientalism) Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Sports in Islam) Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da'wah ila Allah (Methods of Dawah) Ma La 'Aynun Ra'at (Description of Paradise) Nizam al-Usrah fi al-Islam (Islam and Family) Al-Muslimun Bayn al-Waqi' wa al-Tajribah (Contemporary Muslim world) Kashf al-Ghumma (Virtues of helping fellow Muslims) Al-Dawah al-Islahiyyah (Call for Reform) Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Collection of speeches) Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Superiority of the Muslim Ummah) Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Prophetic methods of education) Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Set of Grandfather's Ijazahs) Al-'Uqud al-Lu'luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Set of father's Ijazahs) Al-Tali' al-Sa'id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Set of Ijazahs) Al-'Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Set of Ijazahs) D atas merupakan daftar karya beliau yang telah dipublikasikan. Masih banyak lagi karya-karya beliau yang belum dicetak/dipublikasikan. Diantaranya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.

Biografi Mbah Jauhar

KH. AHMAD JAUHARI Sejarah Singkat dan Keberhasilan Mendidik Santri dan Putra-Putranya. Disusun dalam rangka Haul KH. Ahmad Jauhari yang ke-16 Pendiri PP Daruttauhid Al ‘Alawiyah Potroyudan-Jepara tanggal 24 Maret 2015 Oleh: Kang Abdi Pendahuluan Bertepatan acara haul yang ke 16 wafatnya mbah kyai haji Ahmad Jauhari, alfaqir menulis secara singkat sejarah keberhasilan perjuangan almaghfurulah khususnya terkait dengan penyebaran dakwah Islamiyyah melalui jalur pendidikan Islam di pondok pesantren Daruttauhid Al ‘Alawiyyah yang meliputi: 1. Apa latar belakang pendidikan mbah Johar sehingga menjadi sosok kyai langka yang sukses dalam berdakwah di pesantren? 2. Apa kegiatan di PP Daruttauhid Al ‘Alawiyyah pada masa dan setelah mbah Johar? 3. Bagaimana mbah Johar mendidik putra putrinya? Latar Belakang Pendidikan Mbah Johar Pondok pesantren DARUTTAUHID AL ‘ALAWIYYAH didirikan oleh si mbah KH. Ahmad Jauhari. Beliau adalah seorang Kyai yang langka, disamping beliau hafal Al Qur’an dari mbah KH. Arwani seorang Kyai kharismatik dari Kudus, beliau menguasai banyak bidang ilmu agama Islam nahwu shorof (ilmu alat) pada umumnya, khususnya kitab Alfiyah ibnu Malik beliau berguru dari KH. Bisri Mustafa, ulama terkemuka pada zamannya, dengan metode "endi kapan. . . . . . . . . sing mesthi. . . . .", ilmu fiqih, qoidah fiqhiyyah. Ushul fiqih dari si mbah KH. Zubeir Dahlan Sarang Rembang yang sangat alim dalam bidang fiqih (hukum Islam), ilmu tasawuf dari si mbah KH. Muhammadun Pondoan Tayu. Disamping itu, beliau juga berguru kepada banyak Kyai di Jawa, termasuk mbah Fadlol Senori Tuban, Mbah Dalhar Watucongol Magelang. Beliau tidak hanya berguru diJawa, tapi beliau juga belajar tafsir, hadits, tasawuf dan lain sebagainya dengan ulama ulama terkemuka di Mekkah terutama dengan maha guru, Imam Ahlus sunnah wal jamaah, Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky. Sepulang dari Makkah, dengan fadlol Allah serta barokah dari maha guru Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky, Beliau mendirikan Pondok Pesantren DARUTTAUHID AL ‘ALAWIYYAH sebagai wadah tafaqquh Fiddiiin untuk para santri. Selama hayatnya beliau menghabiskan waktu untuk mengabdikan ilmu nya untuk disebar luaskan ke masyarakat, terlebih kepada para santri yang belajar mengaji di pondok pesantren. Beliau mengajarkan beberapa bidang ilmu agama di pesantren. Tafaqquh Fiddiiin di PP Daruttauhid Al ‘Alawiyyah pada masa KH. Ahmad Jauhari - Tafsir : Tafsir Jalalain - Hadits : Hadits Tajridush Shorih dan Riyadlus Sholihin - Fiqih : Fathul qorib, fathul Mu'in dan Zubad - Tasawuf : Ihya Ulumuddiin - Nahwu : Alfiyah ibnu Malik - Shorof : Nadlom Maqsud Dibantu para santri senior yang turut mengajar Jurumiyyah, Umrithy, Nadlom Maqsud, Qowaidul I'rob dan lain sebagainya. Aktivitas Ruhaniyyah Beliau tidak hanya mendorong santri untuk tafaqquh fiddiiin, Beliau juga mengharuskan para santri agar senantiasa membaca Wirdul Latif yang dibaca setiap habis sholat subuh dan nadom Burdah yang dibaca pada malam Jum'at di samping maulid dan sholawatan terlebih saat membangun pesantren. PP Daruttauhid Al ‘Alawiyah Pasca Mbah Johar Sepeninggal romo Kyai Ahmad Jauhari rohmatullahu alaih, alhamdulillah pondok pesantren DARUTTAUHID AL ALAWIYYAH atas anugerah Allah ta'ala tetap bisa berjalan dengan baik, kegiatan kegiatan yang dilaksanakan pada masa romo KH. Ahmad Jauhari tetap bisa dipertahankan, meskipun ada penambahan kegiatan, program tahfiidlul Qur'an untuk santri putri misalnya. Pondok Pesantren DARUTTAUHID AL ALAWIYYAH dilanjutkan putra putranya dibawah kepemimpinan KH. Mundziri Jauhari putra pertamanya yang sejak masih kecil diasuh dan di didik langsung oleh ayahanda KH. Ahmad Jauhari, kemudian melanjutkan ngaji di pp. Al Anwar Sarang dan 15 tahun di Makkah di bawah bimbingan maha guru yang sangat alim dan sholeh. imam Ahlus sunnah wal jamaah, qutbul Aulia, Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky. Adapun kegiatan kegiatan yang selama ini berjalan sebagai berikut: Tafaqquh Fiddiiin di PP Darutauhid Al ‘Alawiyyah pasca KH. Ahmad Jauhari KH. Mundliri Jauhari mengajarkan berbagai macam bidang ilmu agama: diantaranya adalah, - Tafsir: Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Kastir dan tafsir Khozin. - Hadits: Hadits Shoheh Bukhori, Shoheh Muslim, Al Jami’us shoghir, Al targhib wa al tarhib, Riyadlus sholihin, Khosois al Ummah muhammadiyyah, Bulughul Marom, Abi Jamroh - Ilmu Tafsir: Qowaid Asasiyah fii ulumil Qur’an - Mustholah Hadits: Qowaid Asasiyyah fii Ulumil Hadits, Almanhalul Latif - Siroh: Tariikhul Hawadist, Mukhtashor alsiroh Ibnu Hisyam - Konsep Ahlus sunnah waljamaah: Mafaahim Yajibu Antushohhaha - Tasawuf: Mukhtashor Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidin - Faroidl (ilmu warist) - Nahwu: Alfiyah Ibnu Malik Disamping beliau mengaji bersama santri, Beliau juga menyediakan pengajian kitab salaf (kuning) secara umum ,untuk masyarakat, Alumni lintas pesantren dan santri yang dilaksanakan pada: - malam Ahad habis Maghrib kitab hadits Shoheh Bukhari dan Mafahim (konsep Ahlus sunnah wal Jamaah). - Jum'at dan Ahad pagi jam 08: 30 – 10 : 30 (kitab Tasawuf) Mukhtashor Ihya, Tafsir Jalalain, Hadits Khoshois Muhammadiyyah dan Siroh Nabi Yang ikut membantu mengajar adalah para santri senior, di antaranya adalah kang abdi Ahmad Roziqin yang pernah ngabdi alib, bak, tak pada maha guru si mbah KH. Maimun Zubeir Sarang Rembang dia mengajarkan beberapa bidang ilmu: - Tafsir: Tafsir Jalalain dan Tafsir Ayatul Ahkam - Hadits: Riyadlus Sholihin, Khosoisul Ummah Almuhammadiyyah, Abi Jamroh, Tanqihul Qoul, Nashoihul Ibad, Arbain Nawawi - Aqidah: Aqidatul Awam, Tijan Durori, Bad’ul Amali. - Fiqih: Safinatun Naja, Sullam Taufiq, Fathul Qorib, Matan Zubad, Fathul Muin, Tuhfatut tullab, Minhajut Tholibin - Usul Fiqih: Tashilut Thuruqot - Qowaid Fiqhiyyah: Faroidul Bahiyyah - Tasawuf: Bidayul Hidayah, Ta’limul Mutaallim, Hidayatul Adzkiya dan Qomi’ut thugyan - Nahwu : Matan Jurumiyyah, Nadlom Umrithi, Alfiyah ibnu Malik - Shorof : Amsilah Tashrifiyyah, Nadlom Maqsud - Balaghoh: Hushnush Shiyaghoh, Jauhar Maknun - Mantiq : Sullam Munawwaroq Ada beberapa santri lain yang juga turut membantu mengajar beberapa bidang ilmu, baik itu nahwu yang meliputi Jurumiyyah, Umrithi, Alfiyyah, shorof Amstilah Tashrifiyyah, fiqih Safinah, Sullam Taufiq, hadits Riyadlus Sholihin, Irsyadul Ibad dan lain sebagainya. Pengajian kitab kuning di pondok pesantren DARUTTAUHID AL ‘ALAWIYYAH dibuat klasikal, baik yang dilaksanakan setelah sholat Subuh, Ashar dan Maghrib. Pengajian diikuti semua santri, baik putra maupun putri, kecuali bagi santri yang mengikuti program tahfiidlul Qur'an, mereka dibebaskan tergantung kemampuan dan mampu mengatur waktunya. Untuk tahfidlul Qur'an diasuh oleh ibu nyai hj. Vida Atiya putri KH. Kamil Ahmad lulusan Pondok Pesantren Yanbu'ul Qur'an Kudus yang pernah meneruskan belajar kitab di Matholiul Falah Kajen dan Al Anwar Sarang Rembang, beliau adalah istri KH. Mundziri Jauhari dan dibantu ibu nyai hj. Laila Maghfiroh lulusan Pondok Pesantren Al Qur'an Gleget Mayong, putri KH. Ahmad Jauhari yang ke tiga yaitu istri kang abdi Ahmad Roziqin. Aktivitas ruhaniyyah pasca KH. Ahmad Jauhari - Bakda jamaah Maghrib para santri bersama sama membaca Rotib Haddad - Bakda jamaah Isya’ santri membaca Rotib Athos atau sholawatan - Bakda jamaah subuh santri membaca, Wirdul Latif, Rotib Athos, Hizb Nawawi, Sakron, Fawatih dan Yasin - Khusus subuh hari jumat wirid sama seperti biasa ditambah dlikir, sholawatan, surat Kahfi dan khataman Al Qur’an per juz dan sholat Isyroq. - Bakda Ashar santri membaca hizib Bahr - Khusus Jum'at ditambah membaca Jaliyatul Kadar tawassul shohabat badar dan dlikir setengah jam menjelang Maghrib. - Khusus malam Jum'at setelah maghrib, membaca Rotib Haddad bersama, Yasin Fadlilah, sholawat Muhammadiyah, Mudloriyyah dan Nadlom Burdah. Setelah Isya' membaca maulid dilanjutkan sholat tashbih dan memperbanyak membaca sholawat Munjiyat, dan atau membaca Dalail khoirot bagi yang senior. MA TERPADU DARUTTAUHID Madrasah Aliyah Formal 100 % umum dan 100 %agama, yaitu (100% kurikulum pemerintah diajarkan) dan (100% semua bidang ilmu agama dari kitab klasik / kuning juga diajarkan). MA TERPADU DARUTTAUHID ini merupakan pengembangan sekaligus penguatan pendidikan Islam yang berada dibawah naungan PP Daruttauhid al ‘Alawiyah potroyudan Jepara yang didirikan oleh KH. Ahmad Jauhari, dibawah pengawasan Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky dalam wadah HAI’AH ASH SHOFWAH ALMALIKIYYAH, dengan harapan agar para santri MA TERPADU DARUTTAUHID berakhlak mulia, mempunyai moralitas yang tinggi, mandiri, menguasai kitab klasik/ kuning dan tidak ketinggalan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) sehingga bisa menjadi pewaris para nabi, ulama salafus sholeh yang mampu memberi manfaat bagi agama, masyarakat, nusa dan bangsa. MBAH KH. AHMAD JAUHARI dan PENDIDIKAN KELUARGA Kyai teladan yang tidak kapok menjadi santri dan tidak kapok menjadi Kyai. Beliau bersama istrinya yang tercinta yaitu ibu nyai Hj. Farida Jauhari tidak berhenti untuk membimbing dan mendidik putra-putrinya di pondok pesantren, sehingga menjadi orang orang yang bermanfaat bagi agama Islam, masyarakat, nusa dan bangsa. PUTRA PUTRI KH. AHMAD JAUHARI DENGAN IBU NYAI HJ. FARIDA JAUHARI 1. KH. MUNDZIRI JAUHARI 41 th, Alumni pp. Al Anwar Sarang, pesantren Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky 15 tahun di Mekkah, Pengasuh pp. Daruttauhid al ‘Alawiyah sekarang, dengan istrinya ibu nyai Hj. FIDA Atiya, 36 th, (hafidloh), mempunyai 4 anak (Muhammad Alawy, Hubabah Fatimah, Ahmad dan Hubabah Khadijah). 2. IBU NYAI HJ. AMALIYA HIDAYAH, 39 th, (hafidloh) istri KH. Ahmad Miladi 44 th, pengasuh PP. Salsabila Bogor, pembina dakwah dan pembimbing haji dan Umroh Ibnu Sina, mempunyai 4 anak (Ilham Baihaqi, Nahji Robbany, Ahda Sabila dan Aliya Mumtaz). 3. Ibu nyai Hj. LAILA MAGHFIROH, 35 th, (hafidloh) dengan alfaqir kang abdi ahmad roziqin (50 th), alumni PP TBS Kudus, PP Al Anwar Sarang Rembang dan universitas Al Azhar Mesir, abdi dalem PP Daruttauhid Al Alawiyah, mempunyai 4 anak (Lubab Muhammad, Ahla Roihana, Aniqo. Rosyida dan Asma' Rofida) 4. KH. MUHAMMAD MAIMUN, Lc, (30 th), alumni PP Al Anwar Sarang, Universitas Damaskus Siria, suami Ning Aunun Nailil Himma, (21 th), putri KH. Mahfudl Sobari, pengasuh PP. Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto, mempunyai 2 anak (Muhammad Fajrul Abid, Maqdis Samiya). 5. Ustadz H. ABDURRAHMAN, (29 th), Sarjana Psikologi Universitas Negeri Malang, Alumni PP TBS Kudus, PP. Nurul Haromain Pujon Malang, sampai sekarang masih belajar mengaji di pesantren Abuya Sayyid Ahmad Muhammad Alawy Al Maliky Makkah. 6. Ibu Nyai AFRO' TSUROYYA (26), (hafidloh), dengan KH. Ibnu Hajar, (43 th), Alumni PP. Situbondo dan pesantren Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky selama 15 tahun di Mekkah, pendiri dan pengasuh PP. Fathul Bary, Krian Sidoarjo mempunyai 3 anak (Arwa Bahiyya, Muhammad Hasan Maliky dan A'isyah Albatuul) Kesimpulan Keberhasilan mbah Johar dalam berdakwah terlebih di pesantren tidak lepas dari kegigihan dan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu dari banyak kyai, masyayikh dan barokah dari Abuya Sayyid Muhammad Alawi Almaliky. Pada masa setelah wafatnya mbah Johar, dakwah lewat pendidikan pesantren yang dikelola oleh putra putrinya mampu mempertahankan tradisi lama yang berjalan pada masa mbah Johar serta meningkatkan kreatifitas dan kwalitas pretasi santri. Pendidikan mbah Johar kepada putra putrinya relative sukses dan patut diteladani sehingga menghantarkan semua putra putrinya menjadi anak sholeh dan sholehah dan mampu melanjutkan perjuangan mbah Johar dalam mengembangkan dakwah islamiyyah untuk mencari ridlo Allah ta’ala. Menghimbau kepada semua alumni dan santri ikut berpartisipasi dengan memasukkan putra putrinya, kerabatnya, tetangganya dan yang lain, ke dalam pondok pesantren Daruttauhid Al ‘Alawiyyah terlebih ke dalam MA TERPADU DARUTTAUHID yang merupakan bukti hormat dan ta’dlim kepada maha guru kita mbah Johar rohmatullahu alaih. Semoga senantiasa Allah ta’ala memberikan barokah dan manfaat kepada kita, anak-anak kita. amin yaa robbal alamin.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More